Artikel
Bidang Pertanian
BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN
SISTEM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan upaya untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan petani melalui penerapan teknologi yang sesuai degan kondisi
petani dan lingkungan setempat. Pada dasarnya PTT bukanlah suatu paket
teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi, bahkan
filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air
dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holostik dan
berkelanjutan. Pendekatan yag ditempuh dalam penerapan komponen PTT bersifat :
·
Partisipatif
·
Dinamis
·
Spesifik lokasi
·
Keterpaduan
·
Sinergis antar komponen
Penerapan
PTT berpedoman kepada :
1. Pemahaman
masalah yang dihadapi petani, baik yang bersifat teknis maupun sosial ekonomi
2. Identifikasi
peluang pengembangan usaha tani dan pilihan tekonologi yang sesuai dengan
kondisi setempat
3. Pengelolaan
secara terpadu antara tanaman dan sumber daya tanah air yang dikaitkan iklim
dan ketersediaan sarana produksi setempat
4. Pemilahan
komponen teknologi ke dalam kelompok dasar dan pilihan
Sumber
:
Argumentasi :
Penerapan PTT merupakan solusi yang
tepat untuk pertanian di Indonesia untuk meningkatkan produktifitas dan dapat
membantu para petani untuk menyelesaikan masalah yang sering dihadapi dengan
sawah mereka yang sering diserang hama dan penerapan ini juga dapat memberi
peluang usaha pertanian.
Artikel
Bidang Peternakan
BUDI DAYA KELINCI
Berikut ini adalah serba-serbi
budidaya ternak kelinci dimulai dengan sejarah singkat ternak kelinci,
sentra budidaya ternak kelinci, jenis-jenis ternak kelinci, manfaat
ternak kelinci, persyaratan lokasi budidaya ternak kelinci, pedoman
teknis budidaya ternak kelinci, hama dan penyakit ternak kelinci dan lain-lain.
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak
2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan
percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci
mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di
hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk
relatif tinggi. Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang
berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu
dan sebagainya. Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora,
Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan,
New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada
sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain
hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik
untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.
Pedoman teknis budidaya : Yang
perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang
sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
- Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
Fungsi kandang
sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi udara lancar,
lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut
kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci
dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan
dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari
perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang
berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor
jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
Menurut
bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
- Kandang sistem postal, tanpa
halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci
muda.
- Kandang sistem ranch ; dilengkapi
dengan halaman pengumbaran.
- Kandang battery; mirip sangkar
berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech
Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun
piramid).
- Pembibitan
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci
tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex
merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis
Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand
merupakan ternak yang cocok dipelihara.
- Pemilihan bibit dan calon induk
Bila peternakan
bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi
dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih
bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara
spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah
nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif
bergerak.
- Perawatan bibit dan calon induk
Perawatan bibit
menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang
perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi
kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.
- Sistem Pemuliabiakan
Untuk mendapat
keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan
dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
- In Breeding (silang dalam), untuk
mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi
daging.
- Cross Breeding (silang luar),
untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
- Pure Line Breeding (silang antara
bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki
penampilan yang merupakan
perpaduan 2 keunggulan bibit.
- Reproduksi dan Perkawinan
Kelinci betina
segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan).
Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan
pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah
beranak. Waktu kawin pagi/sore
hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah
itu pejantan dipisahkan.
- Proses Kelahiran
Setelah
perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan
pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari
setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi
kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak
untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya.
Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah,
mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar
6-10 ekor.
- Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Tempat
pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat
yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit
kulit.
- Pengontrolan Penyakit
Kelinci yang
terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan
naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan
benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.
- Perawatan Ternak
Penyapihan anak
kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang
tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan
berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang
terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya
dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.
- Pemberian Pakan
Jenis pakan yang
diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran
meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang,
biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum,
dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn
berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum
diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang
dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul
18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum
perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
- Pemeliharaan Kandang
Lantai/alas
kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari
harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi
harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat
dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
dibersihkan dengan kreolin/lysol.
Argumentasi
:
Kelinci
merupakan salah satu hewan yang menjadi favorit untuk dipelihara karena bentuk
kelinci yang lucu dan menggemaskan. Tetapi salah satu kekurangannya kelinci
merupakan hewan yang mudah terserang penyakit dan lebih cepat mati dibanding
hewan lainnya. Kondisi cuaca yang tidak bagus, kondisi yang dijadikan tempat ia
hidup, dan kebersihan kandang dapat mempengaruhi ketahanan daya tubuh kelinci
itu sendiri. Kita sebagai pemelihara hewan tersebut harus sangat memperhatikan
makanan dan merawat kandang kelinci tersebut demi kesehatan hewan peliharaan
yang kita sayang.
Artikel
Bidang Kelautan
PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT DI
INDONESIA
Keberadaan Perairan Indonesia yang
luas dan terletak pada posisi silang di antara dua samudera dan dua benua,
mengharuskan Indonesia untuk berperan aktif dalam forum-forum regional sehingga
terjalin kerjasama dan kesatuan di antara negara-negara tetangga. Kerjasama
luar negeri baik itu bilateral, regional maupun internasional perlu
ditingkatkan untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya ikan, penelitian maupun
pengelolaan laut, termasuk dalam pengaturan batas ZEE.
Selain itu Pendayagunaan dan
pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional dengan menerapkan konvensi hukum laut
internasional meliputi penetapan batas wilayah perairan indonesia maupun ZEE
serta mengembangkan potensi nasional merupakan kekuatan pertahanan keamanan di
bidang maritim untuk menjamin keselamatan dan pembangunan di laut.
Peran serta Departemen Perhubungan
khususnya perhubungan laut dalam pengadaan sarana-sarana perhubungan laut akan
memberi solusi bagi terbukanya wilayah yang terisolasi sehingga memungkinkan
pembangunan wilayah di pulau-pulau maupun wilayah yang terpencil sekalipun.
Pembangunan sarana dan prasarana di
bidang perikanan sangat dibutuhkan, misalnya pelabuhan perikanan atau tempat
pendaratan ikan. Pelabuhan perikanan dan juga tempat pendaratan ikan merupakan
pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan ekonomi perikanan,
pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan. Pusat pelayanan tambat
labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dan hasil
budidayaan, tempat pelayanan kegiatan operasi kapal-kapal perikanan, pusat
pemasaran dan distribusi perikanan, tempat pengembangan usaha industi perikanan
dan pelayan eksport, tempat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan
data. Mengingat fungsi pelabuhan perikanan sangat luas dan memiliki kekhususan,
maka keberadaan pelabuhan perikanan harus merupakan wilayah kerja tersendiri
dan tidak dapat disatukan dengan pelabuhan umum (Muchtar A, 1999). Pembangunan
infrastuktur secara lengkap akan memacu perkembangan pembangunan kelautan.
Khususnya untuk Daerah Indonesia bagian Timur dimana terdapat potensi perikanan
laut yang besar namun pemanfaatannya masih sangat rendah sangat membutuhkan
pembangunan fisik pelabuhan perikanan maupun tempat pendaratan ikan berikut
fasilitas yang diperlukan..
Kegiatan penangkapan ikan di laut
sebagian besar masih berkisar di perairan pantai yang padat penduduknya seperti
perairan Utara Jawa, Selat Bali, dan selat Makasar. Dengan demikian pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut selanjutnya dihadapkan kepada tantangan untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya yang optimal dan merata serta sekaligus dapat
mengurangi tekanan/intensitas pemanfaatan secara berlebihan di daerah-daerah
yang kritis. Selain itu juga perlu meningkatkan pengoperasian di wilayah ZEE
secara bertahap. Untuk itu perlu pengaturan zona. Dimana zona atau
daerah-daerah yang sudah mengalami tekanan yang tinggi penangkapan harus
mengurangi armada perikanannya sedang untuk daerah-daerah yang masih memiliki
potensi yang besar namun memiliki sedikit armada kapal, harus mulai dilakukan
penambahan armada. Selain itu perlu dibangun armada-armada kapal perikanan yang
besar yang sanggup beroperasi di daerah ZEE. Hal ini perlu agar potensi
perikanan laut di daerah ZEE dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu
kebijakan eksport kapal-kapal bekas dapat dilanjutkan tetapi hal ini tanpa
mematikan pengadaan kapal-kapal dalam negeri. Selain itu perlunya dorongan bagi
pembangunan industri kapal perikanan dalam negeri dan meningkatkan kemampuan
rancang bangun serta perekayasaan kapal dan alat penangkapan ikan.
Komitmen pemerintah dalam mendukung
pembangunan perikanan laut, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
pembangunan di Sektor perikanan laut. Melihat rumitnya struktur kelembagaan
yang ikut ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan perikanan laut
membuat semakin banyaknya masalah-masalah yang timbul, untuk itu perlu penataan
kembali lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan laut sehingga
wewenang dan fungsinya jelas dan optimal. Perlunya sikap rendah hati dari
setiap pimpinan lembaga untuk melepaskan capurtangannya dan menyerahkan kepada
lembaga yang terkait.
Pembuatan perundang-undangan yang
tepat serta pengawasan yang ketat akan menghasilkan pengelolaan sumberdaya laut
yang efektif dan efisien tanpa merusak sumberdaya laut yang ada. Oleh karena
itu sebelum pemerintah membuat perundang-undangan hendaknya diperlukan
informasi dan data, serta kajian yang lengkap dan matang sehingga
perundang-undangan yang berlaku menjadi sangat efektif untuk dilaksanakan.
Kegiatan pengawasan menurut Muchtar A, (1999) mutlak diperlukan dengan konsep monitoring,
controlling dan survaillance (MCS). Pengawasan perlu
dilakukan juga terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan di ZEE oleh kapal-kapal
ikan asing yang mendapat ijin untuk beroperasi di Perairan ZEEI, sehingga
pencurian ikan oleh kapal asing dapat ditekan sedemikian rupa sehingga
sumberdaya ikan tidak mengalami kerusakan.
Pendidikan dan pelatihan bagi
sumberdaya manusia terus diupayakan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas
sumberdaya manusia baik dari segi pola pikir maupun dalam ketrampilan, sehingga
nantinya dapat memiliki wawasan ke depan serta dapat menguasi teknologi dan
mempunyai inovasi menghadapi tantangan-tantangan jaman. Menurut Muchtar, A
(1999) untuk dapat meningkatkan kemampuan memanfaatkan sumberdaya perikanan
laut, khususnya di perairan ZEE, diperlukan nelayan yang mempunyai pengetahuan
dan kemampuan teknis pengoperasian kapal besar..
Selain penguasaan teknologi seperti
yang telah dikemukakan di atas, diperlukan juga teknologi pasca panen untuk
mendapatkan produk yang berkualitas yang dapat oleh pasar internasional maupun
lokal. Indonesia juga harus mengembangkan rekayasa kelautan dimana Indonesia
dipacu untuk dapat menghasilkan peralatan yang dibutuhkan dalam bidang
perikanan tanpa harus terus menerus mengadalakan peralatan buatan luar negeri.
Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi
pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang bergerak dalam bidang IPTEK
kelautan secara menyeluruh. Selain teknologi yang terus ditingkatkan juga perlu
diimbangi dengan sistem informasi dan data yang akurat bagi kepentingan nelayan
maupun instansi terkait untuk pengambilan kebijakan. Misalnya informasi
mengenai daerah penangkapan ikan, potensi sumberdaya ikan di suatu perairan
tertentu sehingga informasi-informasi ini dapat mengarahkan nelayan melakukan
penangkapan.
Argumentasi
:
Dalam pembangunan Perikanan laut, penguasaan teknologi
perlu ditingkatkan. Teknologi yang perlu ditingkatkan dalam pembangunan perikanan
laut antara lain:
·
Pengembangan kemampuan armada penangkapan ikan
nasional, dari yang bersifat hunting menjadi lebih bersifat harvesting.
Ini memerlukan penguasaan dan penerapan IPTEK baru, antara lain sensor system,
remote sensing dan GIS, permodelan dan simulasi komputer, artificial
inteligence dan decision support system, teknologi penangkapan dan
kapal penangkapan ikan yang modern dan effisien untuk eksploitasi Sumberdaya
ikan di ZEE.
·
Pengembangan teknologi budidaya laut (mariculture),
termasuk sea ranching, untuk sumberdaya ikan yang sudah dibudidayakan
maupun yang belum (baru).
·
Penerapan bioteknologi untuk budidaya laut, termasuk
teknik ekstrasi bioactive subtances atau marine natural products
untuk industri pangan, obat-obatan dan kosmetika.
·
Pengembangan teknologi pengelolaan (konservasi)
sumberdaya perikanan dan lingkungan laut serta rehabilitasi habitat ikan yang
telah rusak, sehingga kelestarian produksi sumberdaya ikan dapat dipelihara.
·
Pengembangan ilmu dan teknologi kelautan, khususnya
dalam bidang fisika oseanografi.